Mobile Legends adalah salah satu game bergenre MOBA (Multiplayer Online Battle Arena) yang masih populer sejak tahun rilis 2016 sampai sekarang pun juga. Tetapi mengapa fenomena ini terjadi? Apakah karena game tersebut seru atau beberapa alasan lain? Beberapa hari yang lalu saya mewawancarai beberapa murid SMA Global Prestasi untuk opini mereka mengenai game ML (Mobile Legends) dan hal-hal yang berkaitan dengan-nya. Apa yang saya dapatkan dari sesi wawancara tersebut cukup mengejutkan bagi saya.

Mobile Legends mempunyai saingan dalam genre yang sama, sebuah game yang mendunia dan lebih besar dari ML bernama League of Legends (LoL). Oleh karena itu, dalam sesi wawancara-ku, munculnya dua sisi. Kelompok murid yang bermain ML dan kelompok lainnya yang bermain LoL.

Dalam sisi pertama ada para murid yang bermain ML. Kebanyakan diajak oleh teman atau keluarga mereka dan ada beberapa yang mulai bermain karena untuk mereka, game ini kelihatannya seru. Setelah mereka sudah masuk kedalam komunitas game ini, beberapa tampaknya berpikir bahwa mereka tidak bisa berhenti main game ini karena lubang yang mereka gali sudah terlalu dalam. Bagian ini kebanyakan spekulasi karena kekurangan bukti kuat, tetapi lubang yang mereka bicarakan bisa jadi sistem "gacha" dan mata uang game ini bernama "diamond".

Kadang-kadang ada saja yang menghabiskan uangnya sendiri dalam "gacha" atau "in-game skins" saking banyaknya sampai uang mereka di dunia nyata bisa menjadi sedikit atau habis. Walaupun ML merupakan game yang membosankan dan tidak seru sama sekali untuk beberapa, untuk komunitas ML, game ini bisa dipakai sebagai cara untuk menghabiskan waktu dengan teman kalian dan mengeratkan persahabatan kalian atau menjadi lebih bahagia dengan mendapatkan kemenangan untuk tim sendiri. Game ML kelihatannya seru di mata kaum pemain ML, tetapi apa yang akan terjadi jika mengubah sudut pandang kita ke kelompok kedua, kaum pemain LoL(League of Legends).


Dalam kelompok dua ini, ada beberapa yang pindah dari ML ke LoL karena menurut mereka LoL lebih seru ketika dibandingkan dengan ML dan ML menjadi membosankan karena gamenya terlalu gampang untuk mereka. Walaupun kedua sisi ini berbeda, mereka semua bisa setuju untuk satu fakta ini, menurut mereka semua komunitas ML adalah yang paling "toxic". Ini terjadi karena banyak orang marah - marah saat bermain ML dan jika mereka kalah juga, kemarahan itu bisa menjadi sesuatu yang berlebihan dan kebanyakan yang main ML berpikir dengan cara yang egois.


Maka dari itu, walaupun ML game yang menampung orang - orang yang "toxic" dan egois, gamenya cukup seru untuk menjaga jumlah pemain yang lumayan sehat. Menurut saya, penduduk Indonesia tidak akan berhenti bermain ML karena kebanyakan dari mereka menggunakan handphone dan walaupun ada game LoL untuk handphone juga, gamenya tidak sebaik versi yang ada di laptop. ML akan tetap memimpin industri game di Indonesia karena alasan - alasan yang ada di atas.


https://www.kompasiana.com/axell57996/646c67cf4addee5ec65388a2/alasan-mengapa-murid-sma-global-prestasi-school-bermain-game-mobile-legends


Categories: